KISAH SI BODOH KATA ORANG
Namaku
Candra Firdiyanto, yg artinya “Pemimpim yang Bercahaya Lembut”. Aku lahir di
Lamongan, pada tanggal 23 Februari 1998. Aku tinggal di kota Lamongan, semasa
kecil kota ini sangat nyaman untuk ditinggali, walau sekarang sangat berbeda
180o. Aku lahir di keluarga yang kurang mampu, aku tinggal dengan
kedua orang tuaku, nenek, dan tiga saudaraku. Aku sejak kecil selalu di didik
keras, jika aku ingin sesuatu aku harus berusaha sendiri untuk mendapatkanya.
Beban hidupku dari kecil sangat berat. Aku jarang sekali, sangat jarang
mendapatkan yang aku inginkan, yang bisa kulakukan hanya tersenyum dengan hewan
– hewan peliharaan ayahku. Waktu kecil aku sangat kesepian, aku hanya berteman
dengan hewan dan dua manusia. Tapi menurutku hidupku tidak begitu pahit, pahit
sih tapi nikmat, seperti secangkir kopi. Aku bersyukur dengan keadaanku, masih
banyak orang dibawahku yang kurang beruntung. Dua manusai temanku itu adalah
Adi (Anak dari adik ayahku) dan Bima (masih ada hubungan keluarga). Sejak kecil
sampai lulus SD, teman bermainku adalah mereka. Adi hidupnya tidak seberuntung
aku, ibunya meninggal setelah dua tahun kelahiranya, dia tinggal dengan
ayahnya. Dia punya adik perempuan, namun dia tidak bersama dengan adiknya.
Adiknya dititipkan ayahnya ke orang lain karena tidak mampu menafkahinya. Bima
dia adalah temanku yang hidupnya adalah kebalikan dari kami. Dia hidup serba
mewah, apapun yang dia minta selalu terwujud. Namun bisa dibilang juga hiudpnya
dia masih lebih baik aku. Karena dia tinggal dengan orang tua angkat, kedua
orang tua kandungnya bercerai. Ibunya tinggal di Malang, dan ayahnya di
Lamongan. Mereka adalah kedua orang yang setiap hari bersamaku, kecuali ke
kamar mandi. Mereka berdua punya keinginan yang sampai sekarang masih mereka
ingin wujudkan. Adi ingin sekali menjemput adiknya dan tinggal bersama. Bima
punya keinginan kelak akan membahagiakan kedua orang tua angkatnya, karena dia
sekarang selalu saja merepotkan mereka. Dan aku, keinginanku adalah..... Ah
sudahlah... Aku ceritakan di sepengal cerita nanti. Kami setiap hari selalu bercanda
tawa dan bermain bersama. Biasanya kami bermain Playstation 2, belajar berenang
di sungai, menjelajahi alam, mencari makanan, apapun yang bisa kami lakukan
akan kami lakukan. Mereka adalah dua orang yang luar biasa bagiku, mereka punya
cara tersendiri membuatku tersenyum. Perna sekali mereka menjaili seseorang,
lucu sekali waktu itu. Ada seorang pengendara sepeda motor lewat di depan desa
kami, tiba – tiba Bima berteriak “Pak jagange”, padahal aku lihat tidak ada
masalah pada jagang pengendara itu, namun seketika aku tertawa ketika
pengendara itu berusaha membenarkan jagannya tanpa berhenti dari berkendara.
Kami senang sekali menjelajahi alam, kami perna sekali melakukan perjalanan
jauh dari Lamongan kota ke Waduk Gondang dengan mengunakan sepeda. Waktu itu
kami hanya bermodalkan uang Rp. 5000. Perjalanan itu sangat seru, mulai dari
bersepeda tanpa arah, kami benar – benar tidak tahu dimana letak Waduk Gondang
berada, yang kami tahu hanya jika kami bersepeda ke arah barat maka kami akan
sampai disana. Ketika hampir sampai Waduk Gondang kami sudah kehabisan uang,
waktu itu kami beristirahat di Masjid yang sedang dalam pembagunan, kami
bertemu seorang pekerja kuli bangunan. Kuli bagunan itu menemui kami dan
menawarkan minum, kami sangat bersyukur, kami benar – benar sangat haus.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian kami sampai. Hal
pertama yang kami lakukan ketika sampai yaitu berenang. Airnya sangat segar,
mungkin sebenarnya airnya tidak sesegar itu, karena waktu itu kami sudah menjalani
perjalanan jauh, panas – panasan mangkanya airnya terasa begitu segar. Kami
pulang dengan perasaan yang sangat gembira.
Sekarang
akan aku ceritakan tentang keluargaku, aku ceritakan dulu temanku karena aku
dulu lebih dekat dengan mereka dari pada keluargaku, namun sekarang berubah
sebaliknya. Aku sangat dekat dengan keluargaku. Ayahku dulunya seorang tukang
becak dan sekarang bekerja sebagai kuli bangunan. Dulu ibuku bekerja sebagai
penjualan makanan keliling. Ayah sering sekali bercerita kepadaku layaknya
seorang teman. Dia selalu bercerita tentang keburukan masa lalunya, dan ingin
aku tidak seperti dia. Aku perna sekali ingin menanggis ketika melihat tangan beliau
penuh luka sepulang berkerja, ketika aku tanya kenapa?, jawabnya sangat simple
“Gpp ayah sudah terbiasa”. Sejak saat itu aku belajar dari ayah bahwa orang
yang kita sayang tidak perlu tau tentang rasa sakit yang aku alami. Yang perlu aku
tahu hanya melihatnya tersenyum. Dan beliau banyak mengajariku soal cinta. Sedangkan
ibuku orangnya pendiam tidak banyak bicara. Ibu biasanya kerja habis magrib
sampai jam 1 malam membuat makanan untuk di jual pagi itu. Jm 1 malam biasanya
ibu tidur dan digantikan ayah yang memasak. Biasanya sebelum sholat shubuh ibu
bangun dan menggantikan ayah. Aku kangen masa – masa itu, biasanya sebelum
magrib aku disuruh ibu ke pasar buat membeli bahan – bahan makanan. Yang
kudengar dari tetangga dan neneku itu ibu sering bercertia bahwa pada masa
tuanya ingin tinggal bersamaku. Aku punya satu orang kakak namanya Rendy tapi
aku lebih sering memanggilnya Gembyak, dan dia orang yang sangat menyebalkan.
Dia orang yang gak bisa di atur, selalu marah karena salahnya sendiri, kalau di
rumah seenaknya sendiri. Dia satu orang yang bikin berisik telingaku setiap
hari. Tiap hari nenek marah gara – gara kakak. Tapi orangnya baik kalau sama
pacarnya. Aku punya dua adik, yang perempuan namanya Indah. Dia adalah orang
yang selalu curhat setiap ada masalah kepadaku. Setidaknya aku berguna
untuknya. Dia masih SMP namun sudah menjalani hidup yang cukup keras. Dia tiap
hari harus mengerjakan kegitan rumah mengantikan tugas ibuku. Dan yang palik
kecil laki – laki namanya Rian. Dia adekku yang paling nakal. Namun dia adalah
orang yang sangat sayang padaku. Tiap hari selalu sama aku. Setiap aku pergi
dia selalu menunjukan muka sedihnya. Dan ketika aku pulang, dia selalu berkata
“Yeee Candra moleh..” dan di waktu malam sebelum tidur dia selalu menunguku
pulang kerja. Dia adalah seseorang yang selalu memelukku. Di masa kecilnya dia
sudah kehilangan kesempurnaanya, malaikatnya hanya bersamanya selama dua tahun.
Dan yang terakhir adalah nenekku, beliau sudah tua namun tetap harus
mengerjakan pekerjan rumah. Setiap hari beliau selalu bangun pagi dan
menyiapkan makanan untuk keluargaku, membersihkan rumah, memberi makan ayam
peliharaanya, mengisi air untuk masak dan mandi. Beliau adalah orang yang
selalu marah – marah. Aku cinta keluargaku dan keinginaku.
Kuceritakan tentang temanku yang
mengerti aku tanpa aku mengatakan sesuatu ke mereka, walaupun aku mengatakan
belum tentu juga mereka mengerti apa yang aku katakan. Mereka adalah para hewan
di rumahku. Dulu mereka ada namun sekarang mereka telah pergi ketempat yang
lebih baik. Dulu, di rumahku ada tiga ekor kambing, kucing, ayam, biawak,
kucing hutan, ular, kura – kura. Hampir seperti kebun binatang. Mereka adalah
teman yang baik. Mereka ada ketika aku sedih, mereka ada ketika aku senang, dan
mereka tidak menjelekkanku di belakangku. Dari semua hewan itu yang punya nama
hanyalah kucingku, namanya Puscat. Dia kucing yang hebat menurutku, karena dia
adalah hewan yang paling peka dengan kondisiku. Kucingnya garang namun lucu.
Setiap tengah malam dia selalu membangunkanku dengan menjilati telingaku, dan
biasanya aku temani dia sampai tidur. Dia kucing yang punya tingkah aneh, dia
tidak suka kalau dilihatin. Di siang hari biasanya dia tidur di lantai teras
rumah. Dia suka sekali tidur dipelukanku di waktu malam. Sangat disayangkan aku
kini hanya bisa mengigatnya.
’’’
Kalimat Yang Membuatku Berdiri
Waktu itu adalah semester akhirku di
SMP. Masa SMP adalah masa – masa aku menghancurkan pendidikanku. Dimana aku
tidak perna serius sekolah, kepintaran yang dibangakan kedua orang tuaku
sewaktu SD aku sia – saikan di masa SMPku. Dimasa itu keseharianku hanyalah
menyianyiakan pendidikan. Sepulang sekolah kegiatanku hanyalah ke warnet untuk
bermain game. Di masa SMP itu aku menemukan banyak teman dan sahabat yang
sangat baik. Mereka selalu peduli denganku. Disitu aku mendapatkan sahabat yang
sangat luar biasa. Mereka ada sembilan, yaitu Rony, Vian, Fifi, Al, Tiara, Ula,
Galuh, Novi, dan Dewi. Mereka adalah orang yang luar biasa, mereka selalu ada
setiap saat.
Ujian Nasional sudah berlalu, pada
suatu malam ibuku berkata “Ndra.. Ibuk mbi ayah gk iso nerusno sekolahmu, ibuk
mek iso nyekolahno awakmu sampek SMP, tangunganmu nak SMP ae ibuk drung iso
mbayar op mane nyekolahno awakmu nagk SMA”. Pada malam itu kalimat itu
berdengung hebat, akupun terdiam untuk beberapa saat. Malam itu aku termenung
dan memikirkanya, “apa yang akan aku lakukan jika aku tidak sekolah, bagaimana
masa depanku nanti, mau jadi apa aku??” kumudian aku berfikir, “Kenapa tidak
aku coba untuk membiyai sekolahku sendiri”. Pada waktu itu juga aku langsung
bertanya ke kakakku soal pekerjaan dan aku sangat bersyukur bisa mendapatkan
pekerjaan dengan waktu cepat. Aku bekerja sebagai pengantar koran, aku sampai
sekarang masih ingat pertama kali aku mengantarkan koran, waktu itu tanggal 26
Februari 2014. Pertama kali aku mengantarkan koran tatapan orang – orang sangat
aneh seperti mata mereka dipenuhi dengan rasa iba. Seiring waktu berjalan aku
mulai terbiasa dengan tatapan mereka, aku perna ditanyai seseorang “Dek kenapa
masih kecil kok udah kerja gini?”, Aku jawab “Buat biaya sekolah”. Aku sangat
ingat wajah orang itu, matanya berkaca – kaca. Aku pergi meninggalkanya. Waktu
menerima gaji pertamakupun tiba, aku hanya mendapatkan uang Rp. 150.000 sebulan
dari usahaku. Uang ini sangat sedikit, ini tidak akan cukup untuk membiayai
sekolahku, namun aku tetap berysukur dan berfikir bulan depan pasti akan
meningkat. Sejak ibu bilang bahwa aku tidak bisa melanjutkan sekolah dan aku
berkerja sebagai pengantar koran, aku merasa bahwa ada yang aneh dengan diriku.
Aku seperti orang kehilangan sesuatu, aku menjadi pribadi yang berbeda. Aku
tiba – tiba menjadi seorang yang pendiam, suka menyendiri, tersenyum saja
mungkin dua hari sekali. Entahlah aku merasa kehilangan segalanya, kenapa
diumurku yang masih segini hidupku sudah sesulit ini. Setiap hari yang
kupikirkan hanyalah apa yang aku lakukan jika aku tidak sekolah, akankah aku
akan merusak diriku karena depresiku, atau mungkin disini aku harus mengakhiri
hidupku. Tiada guna juga aku hidup, aku hanya akan kesana kemari tidak tahu
arah. Hari semakin hari kondisiku semakin buruk, tiada hari tanpa melamun dan
ada banyak hari tanpa senyuman. Sahabatkupun mulai resah dengan keadaanku.
Mereka bertanya dengan kondisiku setiap bertemu aku, jawabanku hanyalah
tersenyum palsu. Mungkin mereka sudah tidak tahan dengan kondisiku, sepulang
sekolah aku dihadang mereka (Fifi, Al, Vian, Rony) dipintu gerbang sekolah.
Mereka mengintrogasiku, memaksaku mengatakan sebenarnya. Akupun berkata
sejujurnya bahwa aku seperti ini karena aku tidak bisa melanjutkan
pendidikanku. Para sahabatku seketika mereka berubah, Fifi dan Al mata mereka
langsung memerah dan berkaca, Vian dan Rony hanya menundukan kepalanya. Ronypun
berkata, “Awakmu tetepo sekolah, tak iwangi karo arek – arek”. Sekitar seminggu
lebih setelah kejadian itu, teman sekelasku yang kebetulan juga teman sedesaku
datang ke rumahku. Dia memberikan bukti pembayaran, dia berkata “Chun iki arek
– arek mek sangup ngiwangi bayar tangunganmu nagk SMP tok, Iki olehe patungan
arek – arek kelas A mbi B, sisoe iki gaien nambahi biaya sekolahmu SMA”, yang
kuucapkanpun hanya “Terima kasih” aku tidak tahu apa yang harus kukatan lagi,
tidak lama kemudian ada lima sahabatku datang, mereka menyebut dirinya 5 Error
(Tiara, Galuh, Ula, Dewi, Novi) mereka memberiku sebuah amplop dan mereka
berkata “Cing arek – arek mek iso ngiwangi iki, awakmu tetepo sekolah, tak
usahakno mbi arek – arek iso terus ngiwangi awkmu”. Jawabanku hanyalah
tersenyum namun tidak palsu. Dimasa sulitku seperti ini, aku bahagia sekali
punya mereka.
Masa pendaftaran telah tiba, aku
berniat mendaftar ke SMK Negeri 1 Lamongan, aku tidak tahu apa – apa tentang
sekolah ini, aku juga tidak tau apa langkah yang kupilih disini. Yang aku
pikirkan hanyalah aku harus bisa lanjut sekolah. Hari pendaftaran di buka 4
hari, hari pertama aku ke SMK Negeri 1 Lamongan untuk mengambil formulir dan
daftar biaya pendaftaran. Di daftar biaya pendaftaran total uang yang harus
dibayar sekitar 3 juta lebih, dan minimum pembayaran senilai 1 jt. Akupun langsung
menyempaikan kepada ibuku untuk mencarikan uang pinjaman senilai 1 jt. Aku
meminta tolong pada ibu untuk mencarikan uang pinjaman senilai 1 jt yang akan
aku bayar dengan gaji bulananku. Akupun menunggu ibuku mendapat uang pinjaman,
sambil menunggu aku ikut ayah dan kakakku memancing, setidaknya dengan
memancing aku bisa melupakan masalahku. Sampai hari terakhir pendaftaranpun
ibuku masih belum mendapatkan uang pinjaman, akupun tetap mendaftar sekolah,
dan syukur aku keterima menjadi salah satu siswa di SMK Negeri 1 Lamongan.
Akupun semakin bingung mencari uang, waktu aku hanya lima hari sebelum daftar
ulang berlangsung. Aku bersyukur waktu itu sekitar dua hari sebelum pendaftaran
ibu sudah mendapatkan uang.
’’’
Mulai
Melangkah Sekali Lagi
Langkah barupun kumulai, hari
pertama sekolahku sangat menyenangkan. Aku merasakan kebahagian itu aroma baru
dari ambisiku, aku mendapatkan teman – teman yang menakjubkan dan dihari itu
aku menemukan calon – calon sahabatku. Belum sampai sebulan aku mendapatkan
beberapa sahabat, mereka yaitu Bunga, Ayu, A’an, Shulton, Brian, Firma, dan
Alfian. Masa – masa SMK ini adalah masa yang sangat indah menurutku, disini aku
lebih banyak menemukan kebagian. Disini aku menemukan teman – teman yang sangat
kompak dan peduli satu sama lainya. Guru – gurupun sangat baik, beberapa dari mereka
sangat berjasa di hidupku. Bu atik, Pak Jamil, Pak Ali, Pak Darsono mereka
adalah orang – orang yang membuatku bebas dari biaya sekolah. Karena mereka aku
sekolah yang kupirkan hanya tugas dan bagaimana tidak terlambat sekolah. Waktu
itu untuk sampai sekolah saja aku harus butuh tenaga ekstra, aku pagi bekerja
berangkat jam 4 itupun belum tentu aku bisa langsung berangkat, jika korannya
datang terlambat akupun harus lebih ekstra tenaga lagi. Jika koran datang
normal dan aku bisa langsung berangkat, aku butuh waktu 1 jam 45 menit untuk
sampai rumah, itupun dengan kecepatan sedang dan sampai keringat sudah
dipastikan aku mandi keringat, belum lagi masalah lainya yang bisa menghadang
dijalan, entah itu jatah koranya kurang, ban bocor, hujan, dan sebagainya.
Sekolahku masuk jam 6.30 pagi, biasanya aku terlambat 5-10 menit jika
pekerjaanku normal, jika kurang beruntung aku perna bernagkat sekolah jam
setegah 10. Awal – awalan aku terlambat sekolah aku selalu dihukum dan terkena
poin, namun ketika para guru ketertiban tau aku terlambat sekolah karena
bekerja, akupun mendapat keringanan dan tidak perna mendapat hukuman lagi, dulu
aku perna menjelaskan bahwa aku terlambat karena pekerjaanku, namun mereka
tidak percaya dan tidak mau tau.
Akhir dari masa SMKku sangat
menyenangkan, ketika selesai perpisahan aku dan sekelas temanku berpariwisata
ke Bali. Wisata ini membutuhkan perjuangan yang sangat hebat dari kami semua,
karena ini semua sangatlah tidak mudah bagi kami. Kami mendapatkan banyak
kendala, mulai dari orang – orang sepertiku yang tidak memiliki biaya untuk
menggikutinya, pertentangan pendapat. Aku pun menggenang suatu moment, waktu
itu Firma maju kedepan bersama ketua kelas kamu, Dwi namanya. Firma
mengutarakan perasaanya kepada teman – teman
bahwa dia ingin sekali ikut berbahagia bersama, dia menjelaskan betapa
sulitnya kehidupanya dia dan beberapa teman sekelas kami yang senasib
dengannya, pada saat itu kulihat beberapa anak perempuan menanggis karena
mendengar cerita Firma, guru kami pun Bu Atik ikut menanggis, akhirnya beberapa
orang yang tidak mampu menggikuti pariwisata ke Bali pun menggukuti jejak Firma
dan menggatakan tidak mampu untuk menggikuti pariwisata ini. Aku sangat
bersyukur mempunyai mereka, Bu atik menyumbangkan sebesar Rp. 50.000 ke masing
– masing anak yang tidak mampu untuk menggikuti pariwisata ke Bali. Dan temanku
Ana juga memberika tambahan biaya untuk mereka. Oh ya Ana itu adalah orang yang
membiayaiku sepenuhnya untuk pariwisata ke Bali. Kamipun akhirnya berangkat.
Sebelum berangkat aku dan teman – teman terhebatku membentuk sebuah team untuk
mendokumentasikan kebersamaan kami yang terakhir kalinya. Team bernama “Six
Kids After Collaborate” team itu terdiri dari 6 orang yaitu, aku, Brian, Firma,
Shulton, Dzinnu, dan pemimpinnya yaitu Yoga. Mereka orang – orang yang sangat
hebat dan kompeten dibidangnya. Karena mereka akhir dari cerita kami pun
berakhir bahagia.
’’’
CINTA, Baru Sekarang Aku Menggerti
“Entah dulu apa
yang kusebut cinta, hanya aku yang berlari.”, Kata – kata ini adalah sepengal
dari puisiku untuk cinta sejatiku, namanya Diah Permatasari. Puisi ini berjudul
“Cinta Di Jalan-Nya”, itu hanya sepengal dan hanya awal jika kalian melihat
lengkapnya aku rasa air dari mata kalian akan menggalir dengan sendirinya.
Puisi itu menceritakan tentang perjalanku menggenal cinta, menemukanya,
memperjuangkanya, dan bersatu denganya.
Di
masa SMPku aku sudah menggenal cinta, Pertama kali aku merasakan cinta yaitu
pada waktu kelas 9. Cinta pertamaku jatuh pada seorang wanita yang sangat
anggun namanya Alsa, dan kemudian yang kedua adalah Tata, yang ketiga Bunga
pada waktu SMA, dan juga keempat yaitu seseorang yang tidak aku tau namanya,
aku mencintainya dalam diamku, dan yang kelima namanya Rahma, dan yang terakhir
dan tidak akan perna ada gantinya adalah Diah Permatasari. Dia seseorang yang
hebat, baik, seseorang yang berpandangan dewasa, namun cukup disesalkan juga
dia adalah orang yang seringkali murung dan suka melamun. Dia orang yang sangat
menyebalkan juga sangat menyenangkan, banyak yang menarik dari dirinya. Aku
suka sekali dia melihat dia malu ketika kutatap matanya, sangat cantik dan
indah wajahnya, aku bisa melihat kebahagian terpancar dari dirinya. Aku suka
sekali melihatnya malu – malu. Dia orang yang sangat susah diatur dan
menyembunyikan banyak rahasia dariku, dulu dia menyuruhku terbuka tapi malah
sekarang dia yang tidak terbuka. Dia wanita yang sangat anggun ketika berjalan,
wanita yang sangat aku sukai yaitu wanita
yang menundukkan pandanganya ketika berjalan, untuk aja kalau dia berjalan
jidatnya enggak terbentur tiang, terlalu banyak melihat kebawah sih. Aku sangat
senang ketika bersamanya, sangat bahagia ketika aku mengengam tanganya dan aku
lebih suka lagi ketika dia meremas tanganku, senang sekali rasanya, memang
hidup terkadang seperti itu ya.. bahagia itu sederhana. Aku sangat suka dia
yang selalu berangkat menemuiku dengan keserderhanaanya, mungkin ini yang
dimaksud pepatah bidadari tanpa sayap. Terima kasih cintaku kamu sudah mau
menerimaku dan bertahan selama ini dengan aku dan aku.
’’’
Candra Dan Machun
Teman
– temanku lebih sering memanggilku Machun. Itu nama yang kudapatkan ketika
kelas 2 SD. Aku mendapatkan nama itu karena waktu itu aku marah hebat di kelas
dan namakupun dipelesetkan sehingga menjadi Machun. Nama itu kudapat dari nama
CANdra yang diplesetkan menjadi Macan kemudian diplesetkan lagi menjadi Macon,
namun ketika SMP nama itupun terpleset lagi menjadi Macun dan ketika SMK
terpleset lagi menjadi Machun.
Akhirnya
akupun menggunakan nama itu untuk karakterku. Aku memiliki dua karakterku
menurutku. Yang baik perhatian sama lingkungya dan sopan kepada sesamanya,
intinya dia selalu melakukan hal baik, aku menyebutnya Candra. Dan satunya lagi
yang isinya cuma kasar dan sangat mudah yaitu Machun, Machun ini sangat
pemalas, mudah sekali tersingung, dan ketika marah kata – kata saja dapat
membuat bumi ini bergetar, langit terbelah, kutub utara meleleh (Alay). Ketika
dia marah dia tidak punya rasa takut dan penyesalanpun untuk mengakhiri hidup
sesorang. Terkadang beberapa saat tertentu karakterku bercampur dan aku menjadi
sangat aneh. Aku biasanya menyebut diriku aku dan aku.
’’’
23 Mei 2026
Waktu
aku SD dulu aku perna meramalkan bahwa aku akan meninggal pada umurku yang 28
tahun lebih 3 bulan, lebih tepatnya pada tanggal 23 Mei 2026. Aku tidak
mempercayai lamaran ini namun aku menggunakan tanggal ini sebagai pedoman dan
target kehidupanku, juga sebagai motivasi bahwa sebelum tanggal ini aku harus
sukses, membahagiakan malaikat terakhirku, mensejahterkan keluargaku, dan
membuat adik – adikku sukses, sudah menikah dan memiliki anak, namun setidaknya
aku masih ingin melihat mereka tumbuh, dan setidaknya amalku sudah cukup untuk
aku gunakan menghadap sang Penciptaku. Aku masih ingin membahagiakan keluargaku
yang baru dan orang tua baruku. Entah menggapa aku merasa waktu itu semakin
dekat, aku merasa waktuku sudah tidak banyak lagi, aku harus berusaha lebih
giat lagi mulai sekarang, aku akan memulainya dengan apa yang aku bisa lakukan
sekarang dan aku akan membuat langkah – langkah untuk mempecepat kesuksesanku,
namun sampai sekarang aku belum dapat menyusun langkah – langkah itu, aku masih
tersesat dengan diriku, aku masih tidak tau apa yang mau aku lakukan. Sekarang
yang aku pikirkan hanyalah mencari kesempatan dan pintu yang benar untuk
jalanku .
Aku
sering kali berfikir bagaimana aku mati nanti, ketika nadiku berhenti apa yang
aku rasakan, apa aku bisa mati dalam diam, dimana tidak seorangpun
menggingatku. Aku tidak ingin melihat air mata itu menjadi pengantarku kepada –
Nya. Aku sering sekali membayangkan bahwa aku mati disebuah pojokan dan mayatku
tidak membekas dan semua orang tidak ada yang menggigatku, senang sekali
rasanya tiada yang memangis karenaku, simpan air mata kalian, air mata itu
tidak pantas untukku. Namun aku juga sering membayangkan aku mati dipangkuan
wanita yang aku cintai Diah Permatasari, tapi aku tidak ingin melihatnya
memangis, apa aku bisa merayunya ketika ajalku berada dipangkuanya, apa yang
harus aku katakan supaya dia tidak menanggis, aku tidak ingin perpisahan yang
sementara ini ditutup oleh air mata. Apa aku harus berkata “Gpp sayangku,
cintaku, aku hanya sementara ini pergi, aku akan bertemu lagi denganmu di surga
nanti, bimbing anak – anakku, tolong rawat ayahku, jagalah saudaraku, rawat
mereka seperti kamu merawat saudaramu, perlakukan ayahku seperti kamu
memperlakukan ayah dan ibumu, tolong makamkan aku disamping ibuku, aku ingin
disampingnya menemaninya dalam sepinya. Sayang aku merasa tubuhku dingin
sekali, sakit sekali rasanya, aku merasakan tubuhku melemah, tak mampu
kugerakan tanganku untuk memegang pipimu. Jangan teteskan air matamu sayang,
buat mereka tegar menghadapi ini, jaga mereka sayang, aku mencintai kamu,
selamat tinggal cintaku”. Apa seperti ini pesan terakhirku. Entah apa yang
terjadi suatu hari nanti, aku menunggu hari itu.
Tunggu Kelanjutanya...
wow hahaha
BalasHapus